Apapun Itu, Harus Tetap Semangat!

Sobat-sobat sekalian, kalian percaya gak? Menurut saya nih, hidup itu tentu adalah suatu proses yang berjalan, dan takkan sekalipun mundur ataupun berhenti. Hidup itu akan selalu berkelindan dengan tujuan kita untuk meraihnya dengan sungguh-sungguh dan bijaksana.

Dalam menyikapi tujuan tersebut pasti perlu sebuah kesadaran bahwa semakin tinggi tujuan tersebut, maka akan semakin tinggi pula tantangan yang dihadapi. Kita perlu sadar bahwa ternyata banyak orang memperebutkannya. Hal ini memerlukan suatu manajemen yang bagus sehingga kita mampu meraihnya dengan tepat dan cermat.

Bagi kalangan mahasiswa yang bergelut di bidang kegiatan ilmiah, tentu mereka tidak asing dengan telaah kritis dalam mengkaji masalah aktual. Seringkali permasalahan tersebut menjadi istu sentral yang sering diangkat dalam beberapa forum ilmiah. Terlebih menjadi menarik jika hal ini diformulasikan dalam sebuah kompetisi antarmahasiswa. Melalui kompetisi ini semakin mempertegas pendalaman pengkajian yang pada akhirnya akan melahirkan sang juara yang layak dinobatkan sebagai pemenang.

Dalam beberapa hal kita pernah menjadi pemenang, dan tanggapan kita atas kemenangan kita tersebut beragam. Bisa dengan membusungkan dada, membanggakan diri, berterima kasih, maupun bersedih. Sedih ini bisa karena terbangun kesadaran bahwa mendapatkan itu jauh lebih mudah daripada mempertahankan. Upaya untuk mempertahankan inilah yang membuat sedih jika pada kesempatan berikutnya tidak kuasa mempertahankan kemenangan berikut kegembiraan prestasi tersebut.

Tentu dalam upaya mempertahankannya pada kesempatan berikutnya tidak kembali terulang pengalaman atau unsur-unsur yang sama. Baik pihak yang bertanding (berkompetisi), waktu maupun lawannya. Hal ini tentu perlu dimaknai sebagai suatu proses yang tidak sekali jadi. Membutuhkan ketahanan materi dan psikologi yang kuat untuk kembali mencapainya.

Berikut jika dihadapkan pada suatu proses regenerasi, sehingga pihak atau tim yang maju dalam kompetisi selanjutnya adalah generasi muda, bukan generasi tua yang sebelumnya. Jika generasi muda mampu mengambil pelajaran berikut memaknai suatu proses yang dicapai ini dengan kritis dan bijaksana tentu hasilnya akan berbeda dengan proses yang tidak adanya pembelajaran dari generasi sebelumnya sebagai sebuah refleksi atau evaluasi, baik mencakup Kekuatan (strengthen), Kelemahan (weakness), Kesempatan (opportunity) dan Ancaman (thread) yang sering dikenal dengan SWOT.

Jika SWOT mampu dijalankan dengan baik, maka akan menghasilkan generasi yang lebih baik daripada tanpa proses tanpa SWOT. SWOT ini mengajarkan pada kita bersama bahwa hidup adalah suatu proses yang pasti di dalamnya tidak lepas dari kelemahan dan kelebihan. Sehingga berfungsi sebagai refleksi untuk mengambil strategi ke depan yang tepat.

Namun seringkali SWOT dipandang sebelah mata. Seolah keberadaannya dianggap tidak penting, sehingga menjadikan proses gemilang yang telah dicapai sebelumnya seolah tidak bermakna, karena mementingkan hasil ketimbang proses. Hal ini kemudian melahirkan titik berat suatu kompetisi adalah kemenangan, bukan proses menuju kemenangan.

Tentu, tidak mustahil jika tiba waktunya muncul pernyataan dan sikap ketakutan. Seharusnya hal ini tidak perlu terjadi jika mereka mampu memahami prosesnya ketimbang hasil. Karenanya, proses dan hasil adalah hubungan sebab akibat (causal verband), yaitu semakin bagus kita berproses termasuk dalam memaknai suatu proses, maka akan menghasilkan hasil yang lebih baik ketimbang proses yang setengah matang.

Jika ketakutan tersebut muncul, adalah bentuk permasalahan serius dalam proses regenerasi sekaligus wujud bahwa suatu generasi muda yang tidak peka dalam menyikapi hidup dengan bijaksana. Tidaklah berlebihan jika dikatakan mereka keluar dari on the track, sehingga suatu proses yang dilakukan perlu dievaluasi untuk diluruskan. Meski evaluasi ini tidaklah semudah membalikkan tangan, apakah mereka tetap mengukuhkan untuk tidak mau mengakui salah atau sebaliknya.

Sebenarnya, suatu kompetisi bukan untuk kemenangan atau kekalahan. Namun sebagai suatu proses berbenah, yaitu jika kemenangan diraih, mak harus dijadikan pemacu untuk lebih baik lagi. Begitu pula jika kekalahan diraih, juga perlu berbenah dengan mengidentifikasi kelemahan dan mengambil pengalaman yang lebih dari para pemenang, bukan mencari kelebihan diri dan kelemahan pihak lain.

Justu yang sangat disayangkan jika terbangun persepsi bahwa kita masih belum mampu untuk turun dalam berkompetisi apalagi generasi sebelumnya adalah pemenang dalam kompetisi tersebut. Jika benar persepsi tersebut lahir, maka runtuhlah kemampuan generasi dalam pengidentifkasian diri, karena dalam hidup ini tidak ada manusia yang dapat sempurna. Bahwa pada dasarnya memiliki kemampuan itu relatif tergantung kesungguhan kita, namun berbeda jika kita tidak mau sekalipun menggunakan kesempatan untuk berbenah agar tidak terjatuh atau terjatuh kembali pada lubang yang sama. Sekaligus adalah wujud mulai rapuhnya kepercayaan pada tuhan, yaitu manusia kuasa berusaha dan berdoa, sedangkan Tuhan adalah yang paling berhak merencanakan dan memutuskan, yaitu merencakan apakah kemenangan itu layak diraih tidaknya dan keputusan yang bijaksana bahwa suatu hasil pasti akan sebanding dengan kerja keras yang telah ditempuh.

Sangat disayangkan jika mereka mundur dari medan kompetisi karena ketakutan. Bagai suatu peperangan, kita berlari dari perang meski kita sesungguhnya memiliki amunisi dan untuk mempertahankan wilayah kita, yaitu prestasi yang telah diraih sebelumnya. Masalah kalah menangnya bukan sebagai tujuan yang ditakutkan, yakinlah man jadda wajada bahwa orang yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Jika kesungguhan lawan melebihi kesungguhan kita, maka kita masih adanya keberanian bertempur ketimbang lari ketakutan dan akan menjadi tawanan tanpa harga diri. Sekaligus sebagai evaluasi bagi kita untuk menjadi lebih baik lagi dengan lebih sungguh-sungguh.

Jika mundur karena kalah dalam peperangan setelah bertempur yang sengit, kurang benar jika kita mengatakan kalah. Namun, kita mundur karena untuk menang. Mundur untuk belajar ketika kalah untuk mempersiapkan kesempatan ke depan untuk tampil sebagai pemenang yang benar-benar layak sebagai pemenang dan patut dibanggakan.

Dengan demikian, persiapan yang matang, manajemen yang tepat dan kebijaksanaan yang sesungguhnya mampu mengantarkan kita pada keberhasilan yang gemilang, yaitu bagi mereka yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Serta mampu memegang makna, sehingga selalu memegang teguh hal-hal baik yang telah dicapai sebelumnya berikut melanjutkannya untuk menjadi lebih baik lagi kedepan. Berikut pemahaman kemenangan adalah suatu proses yang tidak sekedar diucap tapi adalah tindakan rasional dan tentu dilandaskan pada kerendahan hati.

Jember, 3 November 2011

Arul.

Leave a Comment