Ingin tembus jurnal hukum terakreditasi SINTA 2? Baca utas ini!
Beberapa pekan lalu saya sempat menuliskan utas di Twitter saya tentang alur manuskrip di jurnal. Alasan saya menuliskan utas tersebut karena terdapat beberapa pertanyaan yang dikirimkan kepada saya, baik melalui email maupun chat. Oh iya, saya adalah editor jurnal Lentera Hukum, jurnal terakreditasi SINTA 2 yang berarti telah menjadi salah satu jurnal hukum terbaik di Indonesia. Saya juga reviewer artikel pada beberapa jurnal nasional. Nah, di sini saya sekaligus ingin berbagi seperti apa manajemen di jurnal yang saya kelola.
Secara umum, pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan penolakan manuskrip maupun tentang bagaimana status manuskrip yang dikirimkan oleh mereka. Dari sekian pertanyaan yang dikirimkan ke saya, saya menyimpulkan bahwa masih banyak penulis yang masih belum memahami alur manuskrip di jurnal.
Banyak juga penulis yang belum mengetahui seperti apa sesungguhnya agar tulisannya bisa dianggap layak oleh editor jurnal. Penjelasan-penjelasan tersebut akan saya uraikan di bawah ini, yang saya ambil dari utas di Twitter saya, dengan beberapa modifikasi.
- Saya seringkali mendapatkan pertanyaan dari penulis tentang berita penolakan yang saya kirimkan melalui email. Berita penolakan adalah prosedur yang harus dijalankan apabila tulisan tidak dapat diproses di jurnal.
- Begitu juga berita penerimaan juga harus dijalankan apabila tulisan dianggap layak untuk diterbitkan di jurnal.
- Padahal, tiap kirim rejection selalu dijelasin alasannya. Mungkin apa karena dituliskan dalam bahasa Inggris ya? Masih aja ditanyakan lagi kenapa ditolak, apa alasan tulisannya ditolak. Hmmm…
- Singkatnya, kelihatan banget kok, paper yang ditulis sungguh-sungguh itu. Selain, karena memang jurnal kami tidak bisa menerbitkan semua artikel yang masuk, bagian dari manajemen kualitas tulisan.
- Tulisan yang memiliki kebaruan dan sumbangsih pada ilmu pengetahuan lah yang kami prioritaskan untuk terbit.
- Oh iya. Tahap seleksi pada setiap edisi semakin ketat, mengingat semakin banyak tulisan yang masuk. Tentu tim editor semakin susah untuk menyeleksinya. Ini membuat kami harus semakin teliti.
- Secara umum, seluruh artikel yang dimasukkan ke jurnal peer review akan melewati tahap-tahap ini: submission -> review -> copyediting -> production.
- Tulisan yang secara umum cukup bisa dipertimbangkan akan diteruskan pada tahap REVIEW. Tahap SUBMISSION itu semacam seleksi awal dan umum banget.
- Kalau tulisan statusnya masih submission dan kemudian dapat email berisi rejected berarti tulisannya sudah tidak masuk lolos tahap awal.
- Kalau status tulisan masih dalam tahap SUBMISSION dapat pemberitahuan penolakan, ya sudah berarti GAME OVER.
- Gak bakal ngaruh kalian lapor ke layanan pengaduan publik atau layanan pengaduan kampus macam UC3 UNEJ. Adanya penolakan pada tahap ini berarti tulisan kita tidak dipertimbangkan sama sekali. Lalu apa alasannya?
- Nah. Pasti banyak nih yang pada KEPO. Kenapa sih kok belum-belum udah ditolak. KEJAM banget sih. Ih, pengelolanya SOMBONG banget, SOK-SOK-AN. Kami juga serba salah sih sebenarnya. 😀
- Pertama, tulisan tidak sesuai dengan AUTHOR GUIDELINES. Pastikan, sebelum submit untuk membaca san memahami ketentuan-ketentuan tulisan. Halaman ini diperuntukkan khusus buat kalian para penulis.
- Misalnya, artikel harus format doc, docx, atau rtf. Tapi kalian submitnya pakai format pdf.
- Tulisan jurnal kalau udah publish baru format pdf. Tapi, kalau masih submission ya formatnya word.
- Tulisan kan mau direview, difeedback ama editor dan reviewer, disesuaikan layout, dll.
- Pastikan semua petunjuk pada AUTHOR GUIDELINES terpenuhi. Dari formatting styles (seperti penggunaan heading, spasi, font, margin) juga citation styles (kutipan dan daftar pustaka).
- Tiap tulisan setiap terbitan jurnal dituntut konsisten. Kl SUBMISSION tidak sesuai dg ketentuan tersebut, tugas pengelola jurnal akan semakin berat.
- Editor bisa saja akan menyampaikan informasi spt ini ke penulis untuk perbaikan, atau langsung mengirimkan penolakan SUBMISSION.
- Ikuti juga berapa jumlah minimal kata untuk dipertimbangkan jurnal. Banyaknya kata dalam tulisan harus didukung dg sumber kepustakaan yang cukup. Kadang aneh banget, tulisan 7000 kata cuma didukung dg 15 catatan kaki (berisi 3 buku, 1 artikel jurnal, lainnya sumber internet).
- Umumnya, tulisan yang kita accept punya sekitar 50 footnotes atau 30 daftar pustaka. Meskipun ini masih belum jaminan juga.
- Oh iya, jangan sekali dua kali cantumin sumber kutipan dari blogspot, wordpress, kompasiana, tim editor langsung illfeel. 😀
- SUBMISSION juga bakal REJECTED karena tingkat similarity tinggi. Beberapa pengelola menerapkan pemindaian terhadap tulisan yang masih dalam tahap SUBMISSION.
- Jika similarity tinggi atau melebihi standar maksimal yang ditetapkan oleh jurnal, siap-siap juga mendapatkan penolakan.
- Kedua, kualitas tulisan. Meskipun tahap REVIEW juga berisi penilaian terhadap kualitas tulisan, banyak pengelola sudah menyeleksi terlebih dahulu tulisan dalam SUBMISSION.
- Kualitas tulisan biasanya mencakup kualitas readibility tulisan. Tulisan yang susah dibaca dan dipahami, tulisan akademiknya yang buruk, termasuk banyak kesalahan ejaan dan tanda baca juga memiliki kemungkinan besar untuk ditolak, GAME OVER.
- Jadi, penilaian kualitas tulisan dalam tahap SUBMISSION ini masih secara umum saja, biasanya dari sisi academic writing dan teknik penulisan saja. Apabila lolos, baru penilaian isi tulisan dilakukan pada tahap REVIEW.
- Makanya, belajar menulis itu penting. Kalau menulis di jurnal berarti penting belajar academic writing.
- Sebagus apapun ide kita, apabila di dalam tulisan kita tidak terkomunikasikan dengan baik, tulisan tersebut juga bisa bakal REJECTED.
- Mereka yang terbiasa menulis sudah punya tiket, lebih punya keterampilan lebih baik dalam menulis, dibandingkan mereka yang jarang menulis atau sama sekali tidak punya tulisan.
- Mengasah keterampilan menulis itu tidak harus langsung nulis jurnal kok. Nulis ringan di blog tema apapun aja sudah membantu kita mengasah keterampilan menulis.
- Menulis agak serius tapi santai macam di kawanhukum.id juga membantu kita meningkatkan keterampilan menulis.
- Ketiga, tulisan tidak sesuai dengan FOCUS AND SCOPE. Banyak orang mengalami ini, karena tulisan tidak sesuai dg FOCUS AND SCOPE jurnal. Saran saya, sebelum mengirim tulisan pastikan cari dan baca terlebih dulu jurnal target kalian apakah sesuai dengan bidang tulisan kalian.
- Kurang lebih demikian kira-kira penjelasan kenapa tulisan kita REJECTED saat masih berstatus SUBMISSION. Bahkan, pengiriman penolakan tersebut berselang hanya beberapa hari sejak SUBMISSION.
- Selanjutnya, kita akan membahas tulisan saat masuk dalam tahapan REVIEW.
- Tulisan pada tahap REVIEW ini akan mengalami pemeriksaan substansi. Biasanya, sebelum manuskrip dikirimkan ke reviewer, editor akan memberikan saran terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar manuskrip saat diterima reviewer sudah punya kualitas yang lebih baik.
- REVIEW oleh editor biasanya berisi saran substansi secara umum. Proses REVIEW oleh editor ini bisa agak lama, review oleh REVIEWER bisa lbh lama lagi.
- Namun, editor bisa jadi langsung mengirimkan manuskrip ke REVIEWER. Atau, bisa jadi tulisan tiba-tiba REJECTED oleh editor.
- Biasanya, tulisan yang dikirimkan ke REVIEWER adalah yang sudah benar-benar layak. Kalau editor menganggap tulisan kurang layak dan diperkirakan bakal dapat penolakan dari reviewer, editor kasih feedback dulu. Atau langsung rejected.
- Biasanya manuskrip yg masuk ke tim editor itu banyak sekali, persaingannya cukup ketat. Dan, tentu saja, urusan editor mengelola manuskrip itu sering bikin ribet. Pada tiap edisi, jurnal yang saya kelola hanya menerbitkan 7 tulisan. Bisa bayangin kan ketatnya gimana.
- Ada sih jurnal yang terbitin lebih dari 10 tulisan dalam setiap publikasi. Ini tergantung pada: 1. standar seleksi manuskrip; 2. ketersediaan reviewer. Masing-masing jurnal memiliki kebijakan berbeda dalam pengelolaannya.
- Dalam tahapan REVIEW ini: 1. ada manuskrip yang tidak melalui REVIEW oleh REVIEWER; 2. ada juga REVIEWER cuma satu orang; 3. juga ada, proses REVIEW oleh REVIEWER hanya untuk syarat formal.
- Semuanya tentu punya konsekuensi masing-masing, khususnya terhadap kualitas tulisan.
- Pada sisi lain, dalam tahap REVIEW:
1. ada manuskrip melalui berkali-kali REVIEW.
2. ada reviewer beda pendapat, shg perlu satu reviewer lagi untuk meyakinkan editor membuat keputusan.
3. ada yg direview berkali-kali baru ACCEPTED.
4. ada yg direview berkali-kali lalu REJECTED. - Nah. Keputusan editor terhadap manuskrip itu beragam istilah. Overall, keputusan tersebut antara lain:
1. ACCEPTED
2. ACCEPTED WITH REVISIONS (umum)
3. ACCEPTED WITH MINOR REVISIONS
4. ACCEPTED WITH MAJOR REVISIONS
5. REJECTED - Ada juga keputusan berisi:
1. ACCEPT THE SUBMISSION
2. REVISIONS REQUIRED
3. RESUBMIT FOR REVIEW
4. DECLINE THE SUBMISSION - Kalau keputusannya ACCEPTED, congratulations! Kalau keputusannya ACCEPTED WITH REVISIONS, berarti tulisan tsb dipertimbangkan. Kita harus merevisi tulisan sesuai saran reviewer.
- Kalau keputusannya REJECTED, yang sabar ya. Perbaiki dulu tulisanmu sebelum submit ke jurnal lain.
- Saat manuskrip ACCEPTED, tahap berikutnya adalah COPYEDITING. Tahap ini, tim editor akan melakukan telaah kebahasaan, penyesuaian ejaan, tanda baca termasuk kualitas terjemahan. Tim editor juga melakukan penyesuaian layout, format tulisan, hingga model kutipan dan kepustakaan.
- Banyak hal yg masih harus dilakukan oleh tim editor dalam tahap ini. Tahap COPYEDITING menjadi penting karena: 1. memastikan kembali kualitas tulisan sebelum publikasi; 2. menjaga konsistensi tulisan saat sudah terpublikasi.
- Saat ada hal yang dianggap kurang jelas dan untuk memastikan terhindarnya kemungkinan ketidaksesuaian maksud hasil editing ini, tim editor bakal mengirimkan draft akhir editing ke PENULIS.
- Jadi setelah tulisan ACCEPTED, kalian juga harus siap sewaktu-waktu dihubungi EDITOR. Tim editor dituntut dapat memeriksanya secara detail.
- Setelah semuanya beres, tulisan akan beralih ke tahap PRODUCTION. Pada tahap ini, tulisan sudah siap terbit. Draft akhir sudah tersalin pada menu PRODUCTION. Tinggal tunggu beberapa waktu saja untuk bisa dapat diakses pada halaman jurnal.
Tulisan ini telah terbit di laman kawanhukum.idÂ