Refleksi pendidikan kita
Kalau saya lihat terkesan Pemerintah itu memang melakukan pembiaran pembodohan bangsa Indonesia. Sekolah itu pokoknya siswa sekolah bawa buku (entah dibaca dan dipahami atau tidak), pokoknya lulus UN, pokoknya dapat nilai bagus; tanpa diajarkan bahwa proses untuk mencapainya tidak terlepaskan dari kamauan yang tinggi dan usaha keras, tanpa diajarkan pula nilai-nilai dan moralitas yang mulia agar menjadi bekal bagi generasi muda sbg pedoman hidup, tanpa adanya pendidikan yg integratif untuk mempertahankan optimisme dan nasionalisme Indonesia. Dan itu juga sudah merambah sampai pendidikan tinggi.
Ilmu dapat hanya sedikit (meskipun nilainya bagus-bagus), mentalnya juga masih inlander, sikapnya tergantung untuk tetap mempertahankan konsumerisme. Akhirnya, kreativitas dan inovasi kandas pula, selain tidak adanya penghargaan terhadap prestasi yang cukup.
Hasilnya juga tidak terlalu jauh dari prosesnya. Pendidikan jadi formalitas saja. Karena ilmu hanya dipahami dengan selembar ijazah, maka yang terjadi adalah minim inovasi, minim kreativitas, minim produktivitas. Lalu kalau memenuhi kebutuhan dari mana?
Jadinya, siapa yang punya uang dia ‘dapat segalanya’. Jadi yang di atas cenderung bukan lagi ilmu. Jadinya pemahaman masyarakat ikut bergeser bukan lagi berpikir: Bagaimana dan dari mana untuk memenuhi kebutuhan?
Bahkan Indonesia yang kaya akan minyak bumi pun harus rela membeli minyak di negeri sendiri yang kaya minyak sendiri dengan harga yang tinggi. Dibohongi pula oleh pemerintah agar mereka kepincut dengan iklan, iklan dibuat seilmiah mungkin dan serasional mungkin, agar masyarakat setuju dengan iklan yang beropini bahwa BBM memang harus naik, agar mereka legowo mereka merugi.
Terus, biaya iklan untuk mengompori warga itu duitnya rakyat atau BEYE? Kalau BBM naik yang nanggung beban ekonomi rakyat atau BEYE? Dana BLSM yang menikmati benar-benar warga miskin atau warga miskin gadungan? Penyaluran BLSM ada jaminan efektif ndak? Dan yang tidak kalah penting, itu dananya BLSM benar-benar dari APBN atau hutang dari luar negeri?
Mari kita merenung sebentar, kalau orang miskin itu meding dikasih cangkul atau dikasih uang? Kalau dikasih uang mesti dibeliin cangkul atau rokok atau baju atau HP? Orang miskin juga tidak begitu paham mana itu kebutuhan primer, sekunder dan tersier, karena rendahnya tingkat pendidikan.
Dari semuanya ini, yang bodoh pemerintahnya atau masyarakatnya? Atau kedua-duanya sama-sama bodoh?