Resolusiku 2012 Adalah …
Akhirnya, 2012 datang juga. Tentu, banyak sekali hal-hal yang harus dicapai di tahun ini karena 2012 masih segar, bulan pertama masih beberapa hari berjalan. Karenanya, masih banyak kesempatan yang harus digunakan sebaik mungkin, dan tentu berharap hasilnya pun adalah yang terbaik dan sesuai dengan harapan.
Ekspektasi memang seringkali mengemuka, namun yang perlu diingat sebesar apapun ekspektasi itu harus tetap realistis. Ibaratnya kereta berjalan, harus tetap pada relnya. Bukan melompat atau menikung, jika iya tentu bukannya harapan terniscaya tapi justru menjadi nestapa. Memang rencana dan siasat itu mutlak dibutuhkan, namun harus dicapai peluang kemungkinannya (feasibility), untuk sampai sesuai dengan harapan dengan baik dan benar.
Oke, resolusi aku di tahun 2012 adalah… Ssstt,,, tapi sebelumnya, aku rasa perlu menarik garis mundur terlebih dulu, terutama di tahun 2011. Ya, di tahun 2011 memang secara umum adalah tahun yang cukup baik, karena meninggalkan beberapa momentum yang cukup berharga. Namun, setelah dicermati kembali ternyata masih banyak juga kekurangan di dalamnya.
Peluang atau Ancaman?
Perjalanan dalam tahun 2011, tepatnya pada pertengahan tahun ditandai lulusnya aku kuliah dan mendapat sarjana (Sarjana Hukum). Sekilas memang menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, namun di balik itu adalah suatu tantangan yang cukup besar. Meski tahun yang membebaskan dari gelar MA (mahasiswa abadi), namun dengan bergesernya gelar mahasiswa menjadi sarjana adalah perjalanan berlabel transisi.
Peralihan status ini sekaligus cambuk bagi aku, sekaligus tuntutan untuk mengurai kembali jejak pengalaman organisasi yang disebut SWOT, singkatan dari Strengthen, Weakness, Opportunity and Threat.
Adalah tahun untuk kembali menelusur kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman, untuk menempuh hari-hari ke depan seiring berjalannya waktu. Sekaligus untuk mempersiapkan dengan matang untuk menghadapi kenyataan dan agar kian bermetamorfosa antara cita-cita dengan realita, harapan dan tantangannya.
Kelemahan. Pertama, bahasa Inggris. Akhir tahun 2011, masih kuat dalam ingatan telah tiga kali ikut tes TOEFL. Hasilnya beragam, mulai 440, 453 dan 462. Wah, ini nih yang parah banget, kapan 500+ nya? Padahal targetnya minimal 560 di tahun bershio naga air ini. Kedua, kapan berat badan naik lagi? Yah ini nih masalah juga, tahun 2011 ternyata banyak kegiatan yang tak terduga, dan gayung bersambut yang akhirnya harus mengorbankan diri, haha…
Ketiga, tidak produktif. Harus diakui, produktivitas dibidang karya ilmiah di tahun 2011 memang menurun. Meski empat kali sebagai finalis lomba karya ilmiah, namun masih belum ada publikasi ilmiah yang diterbitkan (jurnal maupun buku). Padahal, di tahun sebelumnya (2009-2010) masing-masing satu karya telah dipublikasikan di jurnal.
Berarti dalam publikasi, di tahun 2011 ini aku mengalami kemunduran dan ini merupakan satu dari sekian banyak kelemahan yang harus dievaluasi. Selain itu yang keempat, masih belum bisa cari uang sendiri. Baru sarjana, belum urus surat keterangan lulus dan setelah diwisuda ternyata transkripnya baru keluar di akhir bulan Desember 2011. Huft… (yang sabar yah….)… hehe…
Sekarang beralih pada Strenghten (kekuatan). Nah, ini nih yang ditunggu-tunggu… hahaha… Pertama, memiliki semangat untuk terus on the track pada cita-cita. Berawal dari mimpi ketika MTs ini yah. Kalau ditanya apa mimpinya, saya katakan, “biarkan saya wujudkan terlebih dahulu, dan bantulah saya doa”. Tentunya, semua weakness di atas ketika telah dikonversi menjadi opportunity, akan bersintesis dengan kekuatan ini.
Kedua, masih mau untuk terus belajar. Tentu berangkat dari pemikiran tidak ada manusia yang sempurna, sesempurna seorang manusia pasti masih tidak ada yang sempurna. Karena, kesempurnaan hanyalah menjadi hak yang maha kuasa, sedangkan manusia hanya berhak untuk selalu menjadi lebih baik.
Begitu pula dengan pandanganku tentang kenyataan hidup, seiring dengan perjalanan menapak garis usia menuju dewasa hingga tua, butuh yang namanya belajar. Tidak terkecuali yang harus dipelajari, terkait semua hal yang dapat mentransformasikan diri menjadi insan yang lebih baik dan bermartabat.
Bahkan, belajar dari masa lalu pun, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman lain yang terjadi di masa lampau. Pentingnya memelajari kejadian di masa lalu merupakan pengalaman tersendiri untuk menjejakkan kaki di masa datang untuk lebih matang (historia vitae magistra).
Di samping itu, tidak dapat terbantahkan memang suatu saat pengalaman di masa lampau akan muncul ke permukaan di hadapan kita di masa yang akan datang, dan inilah cara ampuh sebagai antisipasi agar tidak jatuh pada lubang yang sama. Bahkan kemungkinan di masa mendatang, kesempatan kedua pun akan datang, meski dengan beberapa adaptasi masa dan hidup. Karenanya, pandangan tentang l’historie se repete seringkali dipegang oleh sebagian orang yang memercayai itu, termasuk aku.
Opportunity atau peluangnya adalah? … Pertama, job vacancy. Atau kesempatan pekerjaan yang masih banyak dan sesegera mungkin harus diraih. Meski seringkali sebelum apply masih mikir-mikir dulu, “kira-kira cocok gak yah…”. Ya, biasalah manusia, maunya ini itu, tapi memang jika masih ada yang relevan dengan kemampuan dan pengalaman, kenapa tidak?
Kedua, scholarship chance. Sebenarnya banyak sekali beasiswa yang ada dan terbuka besar yang termampang di jejaring sosial maupun media internet lainnya (website), yang menawarkan Master of Law (khususnya LL.M). Misalnya, Chevening Scholarship, Fullbright Scholarship, Australian Development Scholarship, StuNed Belanda dan masih banyak yang lain.
Tapi sekali lagi, kembali melihat kekurangan yang di atas, salah satunya masih terbentur dengan requirements atau persyaratannya. Khususnya nilai TOEFL minimal 550 atau IELTS 6.5. Selain itu, Chevening dan Fulbright juga mensyaratkan “minimal 2 years of work experiences” atau harus telah memiliki pengalaman bekerja minimal 2 tahun.
Seiring berjalannya waktu, memang semuanya harus aku lakukan dengan bijaksana. Sembari menyelam minum air, semuanya membutuhkan persiapan yang matang dan tentu kerja keras untuk semua itu. Selain itu, optimis adalah modal terbesar untuk mencapainya di samping persyaratan materiil, di antaranya seperti yang telah aku tuliskan di atas.
Ancaman atau Threat. Adalah, peluang tidak mendapatkan semua kesempatan itu semua. Bisa jadi semua itu sebatas harapan, nihil dalam kenyataan. Karenanya, rencana A, rencana B, rencana C harus tetap ada ketika satu demi satu peluang menjauh, meninggalkan asa-asa yang aku rawat subur dalam mimpiku.
Kini, Resolusi itu adalah …
Nah. Setelah analisis SWOT, kini saatnya beresolusi. Sebenarnya, resolusi tidak hanya untuk jangka pendek dalam satu tahun mendatang. Namun bisa juga untuk lima tahun mendatang bahkan untuk beberapa puluh tahun mendatang. Tapi kembali lagi, semua dalam hidup, dalam perjalannya itu ibarat rel. Ibarat berhitung pasti dimulai satu, dua, tiga dan seterusnya. Bukan satu, tiga, sepuluh, seratus. Sekiranya tidaklah salah, perencanaan seperti itu, tapi menjadi tidak tepat ketika ada lompatan yang akan memengaruhi dan menghambat resolusi setelahnya.
Ya. Untuk tahun 2012, resolusinya adalah, dengan segenap keyakinan hati, untuk karir ingin sekali menjadi jurnalis (wartawan) atau hal-hal lain yang berhubungan erat dengan kemerdekaan pers. Keputusan ini saya ambil di akhir 2011, dan bukan sebagai keputusan yang asal. Harapan menjadi wartawan setidaknya berdasarkan tiga parameter.
Pertama, memiliki latar belakang menulis, presentasi, mengingat saat mahasiswa kegiatan ini telah menjadi makanan favorit sehari-hari, dan ini juga terkait kemampuan berkomunikasi. Kedua, fleksibel, berorganisasi dan kuliah melatih pribadiku menjadi lebih fleksibel, baik untuk kegiatan resmi maupun lapangan.
Tentu ini menjadi poin plus yang dapat mendekatkan pilihanku dan menggenggam eratnya, sebagai wartawan. Ketiga, adalah jembatan emas, di samping mengasah keterampilan menulisku, juga menambah pengetahuanku sekaligus cara yang aku tempuh, aku rasa tidak jauh untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri (going abroad to study).
Untuk peluang beasiswa, ingin sekali rasanya juga memersiapkan beasiswa ADS. Setidaknya aku masih punya peluang yang cukup besar untuk memenangkan persaingan sengit mendapatkan jatah kue kuliah luar ke negeri kangguru itu. Jika saat ini terus bersungguh-sungguh memersiapkan semua hal yang dibutuhkan, termasuk persyaratan TOEFL minimal 500, insyaAllah dengan ridha Allah Subhanahu Wataala aku bisa berharap lebih ketimbang peluang yang lain.
Meski demikian, semuanya adalah ekspektasi. Apa yang kita inginkan biasanya belum tentu menjadi yang terbaik bagi kita. Karenanya, manusia sebatas usaha semaksimal mungkin dan linier dengan berdoa, memohon yang terbaik dan diberikan yang terbaik oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika ada kesempatan lain yang lebih baik, kenapa tidak?
Jika itu resolusiku di tahun 2012, lalu apa resolusimu di tahun 2012 ini?
***
Jember, 8 Januari 2012
Yang Beresolusi,
Muhammad Bahrul Ulum