Wagah Border: Saksi Bisu Partisi India-Pakistan

Dengan meningkatnya perjuangan rakyat dan bangsa-bangsa terhadap penjajahan, akhir Perang Dunia II menjadi babak baru dekolonialisasi dalam sejarah dunia. Kolonalisme pada akhirnya digantikan dengan lahirnya negara-negara baru, seperti dengan lahirnya Pakistan dan India pada Agustus 1947.

Setelah hampir 200 tahun berkuasa di wilayah anak benua, akhirnya Inggris memenuhi janjinya untuk memberikan kemerdekaan bagi India. Pakistan merdeka pada 14 Agustus 1947 dan diikuti oleh India pada hari berikutnya, yaitu 15 Agustus 1947.

Dalam sejarahnya, sejak janji kemerdekaan itu sampaikan oleh Inggris, bangsa India bergejolak. Terdapat peningkatan eskalasi politik bagi calon negara baru India terkait dengan dua pertentangan yang sangat mendasar. Pertentangan argumentasi tersebut adalah mengenai apakah nantinya India akan berdiri sebagai India Raya atau harus terpisah menjadi dua bagian, yaitu India dan Pakistan.

Sebenarnya, ide partisi wilayah India tersebut sudah berlangsung sejak awal abad ke-20 yang disebabkan pada pertentangan hegemoni antara Hindu dan Islam atas wilayah India berdasarkan dominasi penduduk atas masing-masing wilayah. Istilah Pakistan telah lama lahir sebelum janji kemerdekaan itu disampaikan oleh Inggris.

Terdapat dua tokoh yang menjadi pihak dalam proses negosiasi gagasan partisi India, yaitu Muhammad Ali Jinnah dan Jawaharlal Nehru. Jinnah mewakili gagasan pembentukan negara Pakistan, sedangkan Nehru mewakili gagasan India Raya yang tidak hanya mencakup wilayah India tetapi juga Pakistan sebagai kesatuan negara raya.

Ketidakadaan kesepakatan dalam negosiasi akhirnya melahirkan partisi. Salah satu bangsa dengan keragaman etnis dan budaya terbesar di dunia akhirnya terpecah menjadi dua negara atas dasar agama. Pakistan sebagai negara atas dasar mayoritas Islam dan India sebagai negara dengan mayoritas Hindu. Dalam proses partisi, terdapat banyak orang terpaksa harus meninggalkan kampung yang menjadi tanah kelahirannya. Muslim di India bermigrasi ke Pakistan. Sebaliknya, Hindu dan Sikh di Pakistan bermigrasi ke India. Terdapat sekitar 15 juta orang terdampar di perbatasan Wagah (Wagah Border), dengan setidaknya sekitar 1 juta orang meninggal di tengah perjalanan migrasi.

Ini adalah jeruji pembatas antara wilayah India dan Pakistan di Wagah Border, Atari, Amritsar. Saya berkunjung pada Mei 2015 dalam rangkaian program ICCR Trip, salah satu fasilitas jalan-jalan yang diberikan kepada penerima Beasiswa ICCR.

Wagah Border terletak di Desa Atari, Kota Amritsar, Negara Bagian Punjab, India. Desa yang menjadi pemisah antara Amritsar dan Lahore ini menjadi saksi bisu dalam proses partisi tersebut.

Dalam sejarah Asia dan dunia, ini menjadi gelombang migrasi terbesar pada abad ke-20. Banyak terjadi kelaparan, yang juga mengundang kriminalitas di antara para migran. Komunitas yang telah hidup berdampingan selama berabad-abad yang relatif damai akhirnya berubah menjadi fanatisme komunal yang diikuti dengan pembantaian sipil atas dasar agama.

Selengkapnya, silakan tonton video berjudul “India Burned” di bawah ini. Video dokumenter BBC ini menceritakan detik-detik partisi dan konflik-konflik yang terjadi sesaat setelah partisi berlangsung.

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=jGiTaQ60Je0&w=640&h=360]

.

Saat ini, Wagah Border menjadi salah satu tujuan wisata di India yang selalu ramai setiap harinya. Pagi hari adalah upacara menaikkan bendera baik bendera India dan Pakistan. Sedangkan sore hari adalah upacara penurunan bendera kedua negara tersebut. Serangkaian upacara persahabatan antara India dan Pakistan di wilayah perbatasan ini.

Gambar di samping adalah proses upacara di Wagah Border, Amritsar. Saat itu saya berkunjung ke Wagah Border dari Kota Amritsar dengan jarak tempuh sekitar satu jam mengendarai bus yang disediakan oleh ICCR. Acara ini difasilitasi oleh ICCR kepada penerima beasiswa, baik dari Indonesia maupun dari negara lain. Saya mengunjunginya di sore hari, yang berarti merupakan upacara penurunan bendera yang berlangsung setiap hari pukul 4 sore.

Leave a Comment