Beginnings: India dan Traveling Saya
Menjadi hal yang lumrah saat banyak di antara orang-orang asing, khususnya para para mahasiswa luar negeri akan mengatakan bahwa tinggal di India cukup sulit. Hal demikian dikarenakan India memiliki lingkungan yang kompleks, budaya beragam dan sikap orang-orang India yang relatif berbeda. Namun, apabila asumsi demikian yang muncul dalam pikiran kita, berarti bahwa kita sesungguhnya masih perlu belajar banyak tentang India. Akan menjadi kesimpulan yang prematur apabila tiba-tiba kita mengatakan bahwa India merupakan tempat yang tidak tepat untuk disinggahi. Asumsi-asumsi tersebut dapat muncul apabila kita belum berkeliling ke beberapa penjuru India. Sehingga, kita perlu traveling untuk menemukan tempat-tempat baru dan belajar dari pengalaman selama traveling. Kita akan menemukan makna dan pengalaman yang tidak akan didapatkan selain di India. Karenanya, dari beragam paradoks tersebut layak apabila India seringkali disebut dengan Incredible India.
Dengan beragamnya budaya dan sejarah peradaban yang sangat mapan di masa silam, India menawarkan beragam tempat wisata yang layak kita singgahi. Masing-masing tempat menawarkan bagian unik dari India. Setelah berkunjung dari satu tempat ke tempat lain, terdapat sudut pandang baru yang mungkin secara perlahan akan menggeser asumsi negatif tentang India tersebut. Dari tempat-tempat kuno bekas kerajaan, kuil, pantai, danau, hingga pemandangan di kaki gunung himalaya.
Setidaknya, asumsi di atas pernah saya alami dan saya yakini. Awal kali menginjakkan kaki di India, terdapat sesuatu yang terasa kurang pas saat menentukan India sebagai destinasi. Waktu itu, saya sedikit cemas untuk bisa bertahan hidup selama dua tahun menjalani kuliah di negeri ini. Saat melihat kenyataan India langsung dari sepasang mata saya dalam satu minggu, satu bulan hingga setengah tahun, justru saya semakin cemas. Rasa cemas tersebut muncul karena saya hanya berputar-putar di tempat yang sama yang tidak menyajikan sesuatu yang baru. Oleh karena itu, setelah enam bulan berlalu, saya memutuskan untuk menjelajah India.
Rute pertama adalah Hyderabad-Kolkata dengan jarak sekitar 1600 KM yang ditempuh dalam waktu 30 jam dengan kereta api. Dalam rute pertama ini, berlangsung selama kurang lebih satu minggu dengan tujuan traveling Kolkata, Varanasi dan Jharkhand.
Rute kedua adalah Hyderabad-Mumbai dengan jarak yang relatif lebih pendek dengan waktu tempuh hanya sekitar 13 jam dengan kereta api. Dalam rute yang berlangsung selama lima hari ini, saya berkunjung Mumbai dan Vadodara (Gujarat). Hal yang terlewatkan adalah saya tidak sampai berkunjung Ahmedabad, kediaman Mahatma Gandhi, karena rute kereta yang relatif sulit ditempuh dari Hyderabad.
Rute ketiga adalah Hyderabad-Delhi. Rute ini saya tempuh dalam waktu kurang lebih 24 jam dengan kereta api. Sebenarnya, saya berkunjung ke Delhi sebanyak tiga kali. Pertama dalam rangka Musyawarah Tahunan Anggota (MTA) PPI India. Kedua dalam rangka kunjungan saya ke Delhi sebagai Ketua PPI India yang waktu itu juga sempat mampir ke Kota Noida (kota metropolis yang terletak di sebelah New Delhi). Pada perjalanan pulang, saya mengambil rute New Delhi-Jaipur terlebih dahulu. Saya sempat menjelajah Jaipur selama satu hari sebelum bertolak ke Bhopal selama beberapa jam dan berlanjut ke Hyderabad sebagai tempat tinggal saya selama di India.
Rute keempat adalah Hyderabad-Delhi yang sebatas transit, berlanjut berjelajah ke India bagian utara. Saat itu, saya mengunjungi Kota Chandigarh, Amritsar, Dalhousie, Chamba dan Dharamsala. Ini adalah rute yang paling panjang selama saya traveling (sekitar 15 hari) dan dibiayai gratis oleh Indian Council for Cultural Relations (ICCR) sebagai pihak yang memberikan beasiswa studi saya di negara ini.
Rute kelima adalah Hyderabad-Kochin yang saya tempuh dalam waktu 24 jam. Kochin hanya kota tujuan pertama saya. Setelah itu berlanjut ke Idukki, Thiruvananthapuram, Chennai, Mysore dan Hampi. Rute kelima ini berlangsung selama dua minggu. Ini adalah rute yang paling ekonomis di mana saya hanya menghabiskan uang 7000 Rupees atau sekitar 1.5 juta Rupiah saja. Tidak seperti sebelum-sebelumnya, ini adalah solo traveling. Saya beranikan diri traveling seorang diri setelah beberapa kali traveling bersama teman, setidaknya satu orang teman.
Selama dua tahun saya tinggal di India, saya sudah berjelajah pada wilayah timur, barat, utara dan selatan. Saya sempat mengkalkulasikan sebanyak 14 negara bagian dengan sekitar 21 kota yang pernah saya kunjungi. Karenanya, bisa dikatakan bahwa saya adalah full time student, part time organization, and part time traveling. Alhamdulillah, saya tidak mengalami kendala yang cukup berarti dalam perkuliahan. Dan, ini mungkin juga menegasikan bahwa mahasiswa yang suka traveling seringkali disebut mahasiswa kupu-kupu. Atau mahasiswa yang suka organisasi seringkali disebut dengan mahasiswa kura-kura.
Pada bagian Stories & Memories in India ini, saya akan bercerita secara berurutan berdasarkan kronologi yang saya uraikan di atas. Namun, saya juga akan mengawali tentang bagaimana pengalaman pertama saya setelah sampai di India. Saat-saat yang disebut sebagai cultural shocks menarik untuk saya tuliskan di sini juga, sebelum bercerita tentang pengalaman saya berkeliling India.