Kegiatan di Hari Jum’at

Saat menuliskan catatan ini, saya sedang berada di bawah pohon dekat Motoyama Sta. Bicycle Parking. Hari ini, pukul 10:30 saya hendak menuju beberapa titik di Nagoya. Saya akan berangkat untuk melihat Nagoya Festival yang informasinya hanya akan berlangsung selama dua hari. Saya akan berangkat bersama Ratta dan Yati, keduanya merupakan exchange student dan visiting research fellow di Graduate School of International Development.

Saat ini, saya sedang menunggu mereka berdua. Kita sudah membuat kesepakatan akan bertemu pukul 10:00. Saat ini tepat waktu menunjukkan pukul 10:00. Namun, tadi pagi Yati meminta untuk diundur 30 menit. Saya sepertinya belakangan sudah terpengaruh orang-orang Jepang. Karena saya memberitahukan kepada Ratta bahwa kita akan bertemu pukul 10:00, saya harus sampat tempat pada pukul tersebut, atau setidaknya sebelumnya. Saya tadi sampai di sini pukul 09:52. Saya juga sudah informasikan kepada Ratta, meski mundur 30 menit saya akan tetap datang pukul 10:00.

Alhasil, tadi pagi saya jadi lumayan hectic juga. Seperti biasa, pagi selalu diawali dengan mandi, selanjutnya memasak dan membereskan kamar. Tadi pagi saya masak ala kadarnya saja, cuma membuat tumis kubis dan mengoreng krupuk. Tak lupa, saya sejak kemarin sudah mempersiapkan rebusan telur yang ditaruh di dalam rice cooker.

Tadi malam tidak terlalu dingin. Bahkan bisa dikatakan justru terasa panas. Saya lepaskan jaket dan saya tidak memakai selimut. Entah, mungkin kebetulan malam ini saja sedikit berbeda. Saat saya memeriksa suhu melalui smartphone tertuliskan 16 derajat celcius. Seharusnya itu lumayan dingin.

Entahlah, itu juga karena saya seharian juga sudah lumayan banyak jalan kaki. Tercatata saya berjalan sejauh 10.178 langkah dengan jarak lebih dari 7 km. Seharian saya menghabiskan waktu untuk menuju tempat shalat Jumat, makan siang di kantin, menghabiskan waktu diperpustakaan dan belanja beberapa makanan di Maxvalu.

***

Siang itu, saya menuju International Student Residence Higashiyama. Hanya di tempat inilah para muslim menunaikan shalat Jumat. Itu pun dilekasanakan di satu ruangan yang dalam beberapa jam sebelum menjelang waktu shalat Jumat, disulap menjadi aula dan digulungkan beberapa lembar tikar. Beberapa mahasiswa asing dari berbagai negara berdatangan beberapa waktu kemudian. Mas Bangkit, mahasiswa S3 di sini, yang memberitahu itu semua. Dia juga bercerita mereka kebanyakan yang akan mengikuti shalat Jumat nanti secara berurutan kebanyakan adalah mahasiswa dari Malaysia, Indonesia, Asia selatan dan Timur Tengah.

Beberapa sampai tempat sebelum khutbah dimulai. Saya sempat memunaikan shalat dua rakaat terlebih dahulu dan tidak lama setelahnya khutbah dimulai. Khutbah diisi oleh seorang mahasiswa Indonesia dengan muadzin yang tampaknya dari Timur Tengah.

Seperti biasanya, saya hampir tidak melewatkan khutbah dengan mencatat dalam note di smartphone saya.

  1. Mari kita bertaqwa kepada Allah subhanahu wataala. Ini adalah untuk mengingatkan kepada kita semua, khususnya saya sendiri. Kita sebagai muslim tentu juga memiliki pengalaman dalam hidup entah itu suka dan duka. Kita perlu kembali kepada Allah bahwa Allah ada di balik itu semua.
  2. Salah satu hal penting dalam Islam disebutkan di dalam Surat Albaqarah 177 yang pada intinya adalah seruan untuk melakukan kebajikan disertai dengan iman yang dibuktikan dengan kasih sayang kepada sesama manusia. Namun demikian, kebajikan itu tidak hanya termanifestasikan dalam ibadah shalat. Melainkan, terwujud pula dalam bentuk tindakan dan pengorbanan kepentingan pribadi demi kepentingan umum dengan rasa tulus semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah Swt. Selain itu, Allah juga akan memberikan penghargaan yang tinggi bagi tiap-tiap muslim yang mampu memiliki sifat sabar, mampu menahan diri dan berjuang atas kesulitan tang dihadapinya.
  3. Disebutkan bahwa sabar adalah setengah dari keimanan yang selajutnya juga dikenal bahwa sabar adalah dibalik semua kesuksesan. Semua pekerjaan baik itu oleh muslim maupun selain muslim akan dituntut untuk bersabar. Banyak orang putus asa karena tidak mengontrol dirinya sehingga keadaannya semakin memburuk. MEreka tidak dapat mempraktikkan sabar dengan menahan diri dalam kehidupannya dan mungkin akan menghancurkannya. Oleh karena itu, orang-orang yang sabar dalam konteks iman adalah mereka yang juga meyakini akan adanya kehidupan setelah meninggal.
  4. Apabila sabar telah menjadi bagian integral dalam kehidupan kita, menjadi karakter pada diri kita, termasuk bersabar untuk memenuhi kewajiban kepada Allah Swt. Ini dibuktikan dengan menunaikan shalat secara konsisten setidaknya pada shalat lima waktu. Sebagaimana kita alami bersama bahwa di Jepang sangat sulit untuk menjalankannya.
  5. Sebagaimana Surat Al Albaqarah 153 menyebutkan kepada tiap-tiap orang beriman untuk meminta pertolongan dengan sabar dan shalat karena Allah akan senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar. Oleh karena itu, pada shalat Jumat hari ini mari kita mempraktikkannya, shalat dengan shabar. Kita tidak bisa shalat tanpa adanya kesabaran, karena shalat mensyaratkan ibadah yang khusyu dan tuma’ninah. Itu semua untuk memastikan ketengangan baik dalam pikiran dan hati kita saat menjalankan ibadah.
  6. Tidak lupa dalam khutbah ini untuk ikut mendoakan saudara-saudara Indonesia di Palu dan Donggala yang baru saja mendapatkan musibah gempa dan tsunami. Mari kita juga mendoakan mereka dan bagi yang memiliki sisa rezeki untuk menyumbangkannya pada kotak sumbangan di belakang. Semoga saudara-saudara di Palu dan Donggala juga senantiasa diberikan kesabaran. Amin.

Seluruh khutbah disampaikan dalam bahasa Inggris. Catatan di atas hanyalah intisari yang saya catat saat khutbah berlangsung. Khutbah dilaksanakan dua kali dan ibadah shalat Jumat dilaksanakan menggunakan madzhab Imam Syafii, walaupun tampak beberapa orang-orang Asia selatan dan Timur Tengah bermadzhab Hanafi. Ini secara tidak langsung menegaskan bahwa jumlah mahasiswa muslim dari negara-negara Asia tenggara yang lazimnya bermadhab Syafii lebih dominan daripada mahasiswa dari negara-negara-negara lain.

Setelah shalat Jumat, kita bergegas keluar, mencari makan. Saya diajak Mas Bangkit membeli makan di kantin kampus. Ini bakal jadi pengalaman pertama saya makan di kantin kampus.

Kami dari International Student Residence menuju kantin berjalan, sekitar 700 meter. Terdapat banyak menu yang didisplay dalam papan elektronik. Menu makanan dipasang setelah pintu masuk dengan memasang nama dan gambar makanan, beserta komponen di dalamnya, misal terdiri atas kacang, daging ayam, daging sapi, daging babi, daging ikan dan sebagainya. Ini membuat kita yang muslim tidak merasa terlalu was-was saat makan daging. Namun demikian, saya memilih yang vegetarian. Saya lupa namanya, yang jelas termasuk mie semacam ramen.

Saat memesan makanan, kita hanya perlu menyebutkan nama makanan dan menunggu di tempat. Tidak membutuhkan waktu terlalu lama, sekitar satu menit makanan sudah siap disajikan. Di tempat itu juga disajikan tiga botol kecil yang berisi bubuk lada dan bubuk cabe. Kita bisa menaburkannya di atas makanan kita.

Setelah itu, kita tinggal menuju tempat makan. Namun sebelumnya, sebelum sampai pada tempat duduk, tempat makan, kita mesti membayar makanan tersebut. Selanjutnya kita bisa mengambil air minum baik itu air mineral maupun air teh yang bisa didapatkan secara gratis.

Seperti pengalaman saya makan pertama di Jepang yang diposting beberapa hari lalu, setelah kita selesai makan diwajibkan untuk merapikan tempat makan dan sisa makanan. Kita harus membawa kembali nampan, mangkuh dan sendok yang kita gunakan tadi ke tempatnya. Jangan sampai ditinggal di tempat ya, bakal dimarahin banyak orang nanti. Ini aturan yang berlaku di semua tempat di Jepang. Kecuali, tempat makan itu tergolong restorann mahal, kita akan dilayani dan tidak perlu merapikan sisa makanan.

Selanjutnya, setelah menghabiskan makan siang dengan diskusi dari permasalahan di Indonesia hingga kemajuan dan tradisi di Jepang, kami lanjut menuju kampus. Di kampus, saya langsung menuju perpustakaan lantai 4. Saya menghabiskan waktu di perpustakaan hingga magrib. Setelah selesai menunaikan shalat magrib di lantai 6, saya baru pulang.

Di tengah jalan, saya mampir ke Maxvalu, baru ingat minyak goreng habis. Selain itu, saya juga membeli mie, tahu, roti dan yoghurt. Saya ingin mencoba alternatif nasi, karena harga beras di sini mahal. 😅

.
Read also the latest articles:

Leave a Comment