Sampai Kapan Impor? Belajar dari Kenaikan Harga BBM
Beragam aksi dan demonstrasi yang terjadi sejak beberapa minggu yang lalu dapat kita jumpai di berbagai kota di Indonesia. Ini merupakan bentuk protes masyarakat atas rencana pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Pemerintah mendalilkan penaikan harga BBM bersubsidi tidak terelakan pada 2013 ini. Pemerintah berdalih karena atas dasar ketidakpastian situasi ekonomi dunia dan kebutuhan pembangunan infrastruktur dalam negeri. Selain itu, juga untuk menghindari jebolnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
***
Tidak bagi hanya masyarakat, rencana penaikan ini pun ikut menyulut pro dan kontra bagi kalangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam rapat paripurna, DPR tak mampu bermufakat dalam pengesahan APBN-P 2013. Karenanya, keputusan untuk menggunakan jalur pemungutan suara (voting) pun dilakukan. Pemungutan ini pun pada akhirnya mengerucut untuk dua pilihan, yaitu antara menerima dan menolak pengesahan APBN-P 2013 tersebut.
Dalam pemungutan menghasilkan suara unggul untuk menerima APBN-P dengan 338 suara, yang terdiri dari Partai Demokrat (143 suara), Partai Golkar (98 Suara), PAN (40 suara), PPP (34 suara) dan PKB (23 suara). Sedangkan suara anggota dewan yang menolak berjumlah 181 suara yang terdiri atas PDIP (91 suara), PKS (51 suara), Partai Gerindra (25 Suara) dan Partai Hanura (14 suara).
Hasil pemungutan tersebut menunjukkan bahwa keputusan penaikan harga BBM tidak dapat dihindari. Di samping penaikan harga BBM merupakan kewenangan pemerintah, lembaga perwakilan juga telah menyepakati dan mendukung ada penaikan harga BBM yang telah dilakukan atas nama rakyat.
Subsidi BBM bolehlah dicabut, bahkan dicabut seluruhnya, jika memang kondisi itu sudah tidak memungkinkan, sepanjang pengalihan subsidi itu jelas, diperuntukkan demi membangun masyarakat secara berkelanjutan, bukan sumbangan ‘cash’ abal-abal yang sementara seperti ini. BLSM itu ibarat kucing dikasih makan dari potongan ekornya.
Pemerintah juga harus membuka mata dan telinga untuk tidak tergantung pada impor BBM. Indonesia itu negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk minyak bumi. Harus ada program yang berkelanjutan pada tahun sekian kita bisa mengolah minyak bumi sendiri, memberdayakan anak-anak bangsa sendiri, bukan tergantung pada negara asing, kita ini bangsa yang besar. Sampai kapan kita impor, sampai kapan kita tergantung?