Menuju Fujigaoka, Sebelum Nagoya
Saat ini tepat pukul 13:30, saya tengah duduk di tempat tunggu di lantai dasar Chubu Airport. Pesawat saya mendarat pukul 12:30, namun untuk keperluan imigrasi, bagasi dan informasi bus, saya membutuhkan waktu sekitar satu jam.
Sesampai Bandara Chubu, sama halnya saya saat sampai Bandara Incheon, saya sedikit loading mencerna bahasa Jepang. Bukan berarti saya sedikit memahami, saya bahkan tidak bisa sama sekali bahasa Jepang. Sebenarnya, lebih tepatnya adalah saya mencari informasi yang ditulis dalam alfabet. Mendapatkan informasi berbahasa Inggris sungguh suatu keberuntungan, di tengah ketidakmampuan saya berbahasa Jepang. Untungnya, hampir semua informasi di sini juga dituliskan dalam bahasa Inggris, walaupun tidak sedetil informasi yang dituliskan dalam bahasa Jepang. Tidak seperti saat saya di India, hampir semua informasi dituliskan dalam bahasa Inggris, kecuali di Mumbai. Jadi, pengalaman ini masih relatif baru.
Saya keluar menuju pintu kedatangan. Pintu kedatangan sepi, tidak ada pengemudi taksi yang menawarkan jasa atau bahkan memaksa-maksa untuk menggunakan jasanya. Setelah keluar dari pintu, tampak papan informasi yang relatif besar, sehingga saya mendekatinya. Papan informasi itu menyediakan alternatif kendaraan yang bisa kita pilih, yaitu menggunakan kereta, taksi maupun bus. Saya mencari bus jurusan Fujigaoka. Tampak informasi jurusan Fujigaoka akan berangkat pukul 13:30.
Untuk memastikan di mana saya mendapatkan bus dan bagaimana saya membeli tiketnya, saya mencari information desk. Tidak membutuhkan banyak waktu, information desk berada di samping papan informasi tersebut. Saya tanyakan informasi yang saya butuhkan dan saya diarahkan untuk menuju arah ke kanan dan mendapatkan bus di lantai dasar, berikut membeli tiketnya melalui mesin.
Sesaat setelah saya bertanya, ada seorang bapak-bapak memakai jas, mengajak saya berkomunikasi. Beliau menunjukkan identitasnya sebagai Police dan meminta saya sedikit melakukan percakapan. Beliau menanyakan dari negara mana saya berasal dan dalam rangka apa saya datang ke Jepang.
“Saya dari Indonesia dan sebagai visiting scholar di Nagoya University,” jawab saya.
“Bagaimana kamu menuju arah kampus itu?” Beliau menanggapi.
“Saya mau dijemput oleh supervisor saya di Fujigaoka”, jawab saya kembali.
Selanjutnya Bapak tersebut memberikan satu brosur berbahasa Indonesia sambil bilang, “Sekarang di Nagoya keamanan ditingkatkan karena kejahatan sedikit meningkat, baca ini ya dan hati-hati sampai tujuan ya”.
Saya bergegas menuju lantai dasar karena hanya terdapat waktu sekitar 30 menit tersisa. Sesampai di lantai dasar, saya mendapati ticket counter yang kita memesannya melalui vending machine. Saya kembali sedikit pusing, semua instruksi dalam mesin tersebut berbahasa Jepang. Saya kembali loading, mencari kata-kata dalam alfabet. pada layar paling ujung bagian kanan tertulis English. Akhirnya pun saya lega, saya memilih penggunakan bahasa Inggris pada seluruh transaksi pembelian tiket.
Proses pembelian tiket relatif mudah. Setelah kita menentukan tujuan bus, layar mesin menampilkan biaya yang harus dibayar. Saya membayar 1440 Yen atau skitar 195 ribu rupiah.
Lantai dasar adalah tempat setiap orang memesan taksi dan bus. Saya hendak naik bus, sesuai dengan arahan profesor saya. Saya disarankan naik bus dengan tujuan Fujigaoka. Selanjutnya, beliau akan menjemput saya di Fujigaoka. Kata profesor, jarak tempuh dari Airport menuju Halte atau stasiun Fujigaoka sebagai informasi beliau dalam chatting adalah 55 menit. Beliau bilang 55 menit ya, bukan satu jam (60 menit). Kita lihat apakah ini benar-benar waktunya presisi nanti.
Pukul 1.55 bus tujuan Fujigaoka sampai. Saya langsung menuju arah bus. Sementara itu, pengemudi bus membuka kotak bagasi, semua kopor ditaruh di sana. Bapak pengemudi turut membantu dan merapikan seluruh kopor, sebelum memulai perjalanan. Saya masuk ke dalam bus dan duduk, sambil melihat arah jam di dalam bus menunjukkan pukul 1.58. saya sempatkan membuka handphone dan membalas beberapa pesan whatsapp, karena saya masih bergantung sepenuhnya pada wifi bandara.
Tepat pukul 2:00 bus pun melaju. Tidak kurang, tidak lebih. Pengemudi bus menjalankan bus dengan sangat halus. Kendaraan jalan raya lengang, tidak ada macet. Sejauh mata memandang, sepanjang perjalanan menuju Fujigaoka saya menjumpai banyak tumbuhan hijau di hampir semua tempat, dihiasi dengan rumah mini berlantai dua yang elegan berderet dengan rapi, mungkin semacam perumahan.
Saya sampai Fujigaoka pukul 2.47, bukan 2.55. Jadi, lebih cepat 8 menit dari perkiraan profesor saya. Sesampai Fujigaoka, yang ternyata adalah stasiun kereta api, saya diajak menuju pembelian tiket dan kita naik kereta api menuju Nagoya University. Perjalanan tidak begitu lama, sekitar 20 menit. Dalam perjalanan profesor saya sesekali dua kali memegang kopor saya dan membantu mengangkatkan kopor. Beliau mungkin melihat saya sedikit tampak lelah.
Sesampai Nagoya, saya diantarkan ke dormitory atau flat saya tempat tinggal. Saya diantarkan langsung ke tempat, berjalan kaki sekitar 2 km. Beliau mengatakan, jalan kaki adalah hal biasa bagi masyarakat Jepang. Saya pun memahami, saya sewaktu kuliah di India pun demikian, berjalan kaki dari flat ke kampus sekitar 2 km setiap hari.
Akhirnya, saya sampai juga di flat tempat saya akan akan tinggal selama 80 hari. Tempat itu adalah Sonoyama, berlokasi di luar kampus,namun masih di bawah manajemen Nagoya University International Program.
.
Artikel Terkait: